Kisah ini diambil dari kisah nyata
seorang nenek yang penulis dan ibu penulis temui di Pasar Anyar Kabupaten
Bogor.
Ketika saya menemani ibu pergi kepasar
saat menunggu disebuah toko, datanglah seoarang nenek yang hendak mebeli obat. Sang
nenekpun duduk disebalah ibu saya menunggu pesanan obatnya, disinilah cerita
dimulai. Awalnya ibu saya menanyakan sakit apa yang di derita sang nenek,
nenekpun bercerita tentang penyakitnya. Nenek menderita sakit batuk yang tak
kunjung sembuh sepertinya sudah lama sang nenek menderita batuk tersebut
penulis fikir. Sang nenek pun terus bercerita tentang penyakitnya ternyata
batuk yang diderita sang nenek diakibatkan dari jantungnya yang membengkak. Sang
nenekpun sempat merasa putus asa dan pernah meminta ke dokter untuk disuntik
mati saja. Lalu sang nenek pun menceritakan kehidupannya, ternyata suami sang
nenek telah lama meninggal dunia, sang suami adalah seoarang dosen di IPB
meninggal dunia setelah pulang dari kalimantan karena penyakit jantung. Suami
sang nenek meninggal ketika anaknya yang paling kecil berusia 2 tahun sekitar tahun
kurang dari 2000 sehingga sang nenek menjadi seoarang single parent yang
membesarkan 3 orang anaknya kalau penulis tidak salah mendengar. Sang nenekpun
bekerja menjadi sekertaris di perusahaan asing karena kemampuan bahasa Inggris
yang dia miliki.
Singkat cerita ketika anak-anaknya
sudah besar ada yang sudah berkeluarga, bekerja, dan kuliah sang nenek merasa sedih
karena tidak diperhatikan anak – anaknya. Ketika sang nenek sedang susah
seperti itu tidak ada atau mungkin jarang anak – anaknya memperhatikan, tetapi
kata sang nenek ketika nenek punya uang sang anak datang dan meminta – minta
sedih hati sang nenek menelan realita ini.
Sang nenek pun sedih beserta kesal
kepada menantunya (istri dari anaknya) suatu hari sang anak memberikan amplop
yang berisi uang kepada sang nenek namun setelah itu sang mantu mengambilnya
lagi dari sang nenek. Sang nenek pun karena merasa kesal bertanya kepada sang
anak, “orang – orang punya istri yang baik, sopan dan santun tetapi kenapa
istrimu tidak..? sang anakpun hanya bisa menjawab I don’t know mom. Kasihan sekali
nasib sang nenek.
Sang nenekpun bercerita bahwa anaknya
berkuliah ada yang di UNPAD dan di UI, penulispun berfikir bahwa anak sang
nenek meruapakan anak yang pintar – pintar karena bisa masuk universitas negri,
penulispun berpendapat bahwa itu merupakan faktor gen karena orang tuanya yang pintar
– pintar terbukti dari sang nenek yang jago bahasa inggris dan suaminya seoarang
dosen.
Tetapi kepintaran anak – anak sang
nenek mungkin hanya kuat di IQ saja tetapi kurang di EQ dan SQ. Memang penulis
sendiri merasakan bahwa pendidikan di Indonesia sekarang ini hanya
menitikberatkan pada IQ saja sedangkan kurang pada EQ dan SQ belum lagi kalau kita ingin memasukkan AQ, hal
inilah yang penulis harapkan agar kedepan pola pendidikan di Indonesia bahkan didunia
ini bisa menyeimbangkan pendidikan IQ, EQ, dan SQ nya.
Hikmah yang penulis bisa dapatkan
adalah seimbangkanlah IQ, EQ, dan SQ anda dan anak – anak anda, dan betul –
betullah pahami agama ini dengan sebaik – baiknya karena sangat banyak hal yang
tak dapat dijangkau akal kita ataupun dapat di kontrol oleh kita. Tetapi jika
kita Yakin Betul bahwa ada Sang Maha Pengatur yang selalu mengatur urusan
didunia ini pastilah hati ini akan menjadi tenang.
Penulis berharap semoga semua
dari kita diberikan petunjuk agar menjalani hidup ini dengan baik. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar