MANUSIA BAJA
Budi seorang
sarjana teknik mesin yang bekerja disebuah industri farmasi dimana dia
ditempatkan di posisi QA (Quality anssurance), posisi tersebut betul-betul belum pernah ia ketahui sebelumnya dan
ternyata memang sangat bertolak belakang dengan background pendidikan yang
dimilikinya.
Pekerjaan
tersebut dia ambil karena pada waktu itu sangat sulit untuk mencari pekrejaan,
alih-alih ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang pendidikanya Budi
malah harus menganggur selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Sampai pada
akhirnya dia mendapatkan pekerjaanya yang sekarang ini.
Dipekerjaanya
yang sekarang Budi mempunyai job description atau tugas untuk membuat dokumen
untuk ala-alat dan mesin-mesin di industri farmasi tersebut. Disini Budi
mengalami banyak kesulitan karena prinsip-prinsip Kefarmasian yang sama sekali
dia tidak ketahui sebelumya karena dalam membuat dokumen alat-alat dan
mesin-mesin di Industri Farmasi butuh pengetahuan prinsip-prinsip kefarmasian.
Selain dihadapkan dengan ketidak tahuanya dengan bidang pekerjaanya yang
sekarang ini Budipun harus menghadapi atasanya yang banyak memberikan
tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan.
Budipun membuat
banyak kesalahan, dokumen-dokumen yang telah dia selesaikanpun terasa mentah
karena harus dikembalikan lagi untuk diperbaiki. Berulang kali hal ini terjadi
namun tak sedikitpun membuat Budi patah semangat atau berfikir untuk keluar
dari perkerjaanya. Budi terus berusaha dan bekerja keras untuk memperbaiki
kinerjanya.
Dengan
keyakinan bahwa “tuhan tidak akan memberatkan beban kepada hambanya diluar
kessanggupan hambanya” . Budi terus memutar otaknya bagaimana cara agar dia
dapat menghasilkan dokumen-dokumen yang baik dan akhirnya Budi mempunyai ide untuk meminta
bantuan temannya yang bernama Ilham seorang sarjana Farmasi untuk mengajarkan
tentang prinsip-prinsip kefarmasian kepada dirinya.
Waktu terus
berjalan Budi harus tetap melanjutkan pekerjaanya dan disamping itu juga
belajar tentang kefarmasian dari temanya Ilham. Sedikit-demi sedikit Budi
memperbaiki caranya bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip kefarmasian,
dokumen-dokumen yang dibuatnya pun membaik namun masih saja ada yang salah
karena ketidak tahuanya tentang prinsip-prinsip kefarmasian.
Sampai suatu
hari ketika ada audit di perusahaan tempat Budi bekerja dimana pihak auditor
meminta dokumen terkait dari salah satu mesin yang digunakan untuk memproduksi
obat, ternyata dokumen tersebut belum diselesaikan oleh Budi. Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan Budi mengenai prinsip - prinsip kefarmasian
sehingga membuatnya binggung dan belum selesainya dokumen tersebut.
Perusahaan
mendapatkan sanksi tegas dan Budi pun mendapat sanksi berupa SP (surat
peringatan). Namun lagi-lagi hal ini tak menyurutkan semangat Budi. alih-alih kesal dan marah Budi malah terus
belajar tentang kefarmasian, dia mulai banyak memebeli buku-buku yang erat
kaitanya dengan pekerjaanya sekarang ini. Mungkin sebagian orang bila berada di
posisi Budi akan sangat kesal karena sudah belajar 4 tahun untuk meyelesaikan
sarjana sekarang harus belajar lagi.
Bukanya Budi
tak memiliki fikiran hal itu tetapi dia langsung membuangnya jauh-jauh ketika
terlintas difikirannya fikiran tersebut karena itu membuat dirinya lemah dan
tak bersemangat. Budi lebih mengfikirkan bagaimana dia bisa menjalankan
pekerjaanya yang sekarang ini dengan lebih baik, ketimbang mengfikirkan hal-hal
yang membuat dirinya mengeluh.
Budi terus
belajar dan bekerja sampai dititik dimana Budi betul-betul sangat menguasi
bidang pekerjaanya sekarang ini. Budi memberikan hasil-hasil pekrjaanya yang
baik.
Kini kita
belajar dari Budi bahwa tidak ada yang
tidak mungkin asalkan kita mau berusaha dengan maximal.
Budi terus bekerja
di Industri Faramasi tersebut dan pada suatu hari Budi diminta untuk mengisi
posisi sebagai Manager Teknik di
Industri Farmasi tersebut karena manajer yang sebelumnya pensiun. Karena
bawahan dari manager teknik yang sebelumnya tersebut hanya berpendidikan D3
membuat Budi yang telah sarjana lebih dipertimbangkan oleh pihak perusahaan ditambah
Budi telah mengetahui banyak tentang ala-alat dan mesin-mesin di industri
tersebut walaupun Budi berbeda departemen bukan teknik.
Sehingga
diputuskanlah Budi untuk menduduki posisi sebagai manager teknik. Terbayar
sudah kerja keras Budi selama ini mulai belajar di bangku kuliah hingga
sarjana, lalu bekerja di posisi yang dia tidak ketahui sehingga membuatnya
harus belajar lagi tentang kefarmasian.
Dapat kita simpulkan bahwa Karakter Budi yang tegar,
tekun dan pantang menyerah bagaikan BAJA membauatnya kini berada di kesuksesan.