Jumat, 29 Januari 2016

KISAH SEORANG NENEK DI TINGGAL SANG ANAK



Kisah ini diambil dari kisah nyata seorang nenek yang penulis dan ibu penulis temui di Pasar Anyar Kabupaten Bogor.

Sabtu, 08 Februari 2014

MANUSIA BAJA

MANUSIA BAJA
Budi seorang sarjana teknik mesin yang bekerja disebuah industri farmasi dimana dia ditempatkan di posisi QA (Quality anssurance), posisi tersebut betul-betul  belum pernah ia ketahui sebelumnya dan ternyata memang sangat bertolak belakang dengan background pendidikan yang dimilikinya.
Pekerjaan tersebut dia ambil karena pada waktu itu sangat sulit untuk mencari pekrejaan, alih-alih ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang pendidikanya Budi malah harus menganggur selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Sampai pada akhirnya dia mendapatkan pekerjaanya yang sekarang ini.
Dipekerjaanya yang sekarang Budi mempunyai job description atau tugas untuk membuat dokumen untuk ala-alat dan mesin-mesin di industri farmasi tersebut. Disini Budi mengalami banyak kesulitan karena prinsip-prinsip Kefarmasian yang sama sekali dia tidak ketahui sebelumya karena dalam membuat dokumen alat-alat dan mesin-mesin di Industri Farmasi butuh pengetahuan prinsip-prinsip kefarmasian. Selain dihadapkan dengan ketidak tahuanya dengan bidang pekerjaanya yang sekarang ini Budipun harus menghadapi atasanya yang banyak memberikan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan.
Budipun membuat banyak kesalahan, dokumen-dokumen yang telah dia selesaikanpun terasa mentah karena harus dikembalikan lagi untuk diperbaiki. Berulang kali hal ini terjadi namun tak sedikitpun membuat Budi patah semangat atau berfikir untuk keluar dari perkerjaanya. Budi terus berusaha dan bekerja keras untuk memperbaiki kinerjanya.
Dengan keyakinan bahwa “tuhan tidak akan memberatkan beban kepada hambanya diluar kessanggupan hambanya” . Budi terus memutar otaknya bagaimana cara agar dia dapat menghasilkan dokumen-dokumen yang baik  dan akhirnya Budi mempunyai ide untuk meminta bantuan temannya yang bernama Ilham seorang sarjana Farmasi untuk mengajarkan tentang prinsip-prinsip kefarmasian kepada dirinya.
Waktu terus berjalan Budi harus tetap melanjutkan pekerjaanya dan disamping itu juga belajar tentang kefarmasian dari temanya Ilham. Sedikit-demi sedikit Budi memperbaiki caranya bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip kefarmasian, dokumen-dokumen yang dibuatnya pun membaik namun masih saja ada yang salah karena ketidak tahuanya tentang prinsip-prinsip kefarmasian.
Sampai suatu hari ketika ada audit di perusahaan tempat Budi bekerja dimana pihak auditor meminta dokumen terkait dari salah satu mesin yang digunakan untuk memproduksi obat, ternyata dokumen tersebut belum diselesaikan oleh Budi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan Budi mengenai prinsip - prinsip kefarmasian sehingga membuatnya binggung dan belum selesainya dokumen tersebut.
Perusahaan mendapatkan sanksi tegas dan Budi pun mendapat sanksi berupa SP (surat peringatan). Namun lagi-lagi hal ini tak menyurutkan semangat Budi.  alih-alih kesal dan marah Budi malah terus belajar tentang kefarmasian, dia mulai banyak memebeli buku-buku yang erat kaitanya dengan pekerjaanya sekarang ini. Mungkin sebagian orang bila berada di posisi Budi akan sangat kesal karena sudah belajar 4 tahun untuk meyelesaikan sarjana sekarang harus belajar lagi.
Bukanya Budi tak memiliki fikiran hal itu tetapi dia langsung membuangnya jauh-jauh ketika terlintas difikirannya fikiran tersebut karena itu membuat dirinya lemah dan tak bersemangat. Budi lebih mengfikirkan bagaimana dia bisa menjalankan pekerjaanya yang sekarang ini dengan lebih baik, ketimbang mengfikirkan hal-hal yang membuat dirinya mengeluh.
Budi terus belajar dan bekerja sampai dititik dimana Budi betul-betul sangat menguasi bidang pekerjaanya sekarang ini. Budi memberikan hasil-hasil pekrjaanya yang baik.
Kini kita belajar dari Budi  bahwa tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau berusaha dengan maximal.
Budi terus bekerja di Industri Faramasi tersebut dan pada suatu hari Budi diminta untuk mengisi posisi sebagai  Manager Teknik di Industri Farmasi tersebut karena manajer yang sebelumnya pensiun. Karena bawahan dari manager teknik yang sebelumnya tersebut hanya berpendidikan D3 membuat Budi yang telah sarjana lebih dipertimbangkan oleh pihak perusahaan ditambah Budi telah mengetahui banyak tentang ala-alat dan mesin-mesin di industri tersebut walaupun Budi berbeda departemen bukan teknik.
Sehingga diputuskanlah Budi untuk menduduki posisi sebagai manager teknik. Terbayar sudah kerja keras Budi selama ini mulai belajar di bangku kuliah hingga sarjana, lalu bekerja di posisi yang dia tidak ketahui sehingga membuatnya harus belajar lagi tentang kefarmasian.
Dapat kita simpulkan bahwa Karakter Budi yang tegar, tekun dan pantang menyerah bagaikan BAJA membauatnya kini berada di kesuksesan.